Rabu, 22 Juni 2011

Kerinduan

Suatu saat Nabi Muhammad bertanya pada para Sahabat dan pengikutnya, “Wahai Manusia, siapakah makhluk Allah yang imannya paling menakjubkan (man a ’jabul khalqi imanan)?”
Para sahabat langsung menjawab, “Malaikat!”.
Nabi menukas, “Bagaimana mungkin para malaikat tidak berimaan sedangkan mereka pelaksana perintah Allah?”
Sahabat menjawab lagi, “Kalau begitu, para Nabilah yang imannya paling menakjubkan!”.
“Bagaimana mungkin para Nabi tidak beriman, sedangkan wahyu turun kepada mereka!”, Sahut Nabi.
Untuk ketiga kalinya para Sahabat mencoba untuk memberikan jawaban, “Kalau begitu sahabat-sahabatmu ya Rasul!”.
Nabi pun menolak jawaban itu dengan berkata, “Bagaimana mungkin sahabat-sahabatku tidak beriman, sedangkan mereka menyaksikan sendiri apa yang mereka saksikan”.
Nabi pun lalu meneruskan kalimatnya, “Orang yang imannya paling menakjubkan adalah kaum yang akan datang sesudah kalian.
Mereka beriman kepadaku walaupun mereka tidak melihatku.
Mereka membenarkan aku tanpa pernah melihatku.
Mereka amalkan apa yang ada dalam tulisan itu (Quran dan Hadits).
Mereka bela aku seperti kalian membela aku.
Alangkah ingin berjumpanya aku dengan ikhwanku itu”.

Rasulullah Saw. berwashiyah kepada Abu Hurairah ra,
“Wahai Abu Hurairah, hendaklah engkau mengikuti jalan suatu kaum, yang jika manusia merasa takut, mereka tidak takut.
Jika manusia mencari keselamatan dari api neraka, mereka tidak takut“
Abu Hurairah ra bertanya, “Siapakah mereka itu yaa Rasulullah, terangkan dan jelaskanlah ihwal mereka itu kepadaku hingga aku dapat mengenali mereka“
Rasulullah Saw. menjawab, “Mereka itu suatu kaum dari umatku di akhir zaman. Kelak mereka berkumpul pada Hari Qiyamah di tempat berkumpulnya para Nabi.
Jika manusia memandang mereka, manusia mengira bahwa mereka itu para Nabi dari keadaan yang mereka lihat, hingga aku beritahukan kepada mereka.
Aku katakan ‘Umatku, umatku’ Maka para makhluk mengetahui bahwa mereka bukanlah para Nabi.
Mereka bagaikan kilat dan angin, pandangan mata yang hadir terkesiap dengan pancaran cahaya mereka“
Abu Hurairah ra berkata, “Yaa Rasulullah, kemukakan kepadaku amalan-amalan mereka, mudah-mudahan aku dapat mengikuti mereka“
Rasulullah Saw. menjawab, “ Wahai Abu Hurairah, kaum itu menempuh suatu jalan yang sangat terjal hingga sampai kepada tingkatan para Nabi. Mereka memilih lapar setelah Allah memberi mereka rasa kenyang, memilih telanjang setelah Allah memberi mereka pakaian, dan memilih haus setelah Allah memberi mereka rasa puas. Mereka meninggalkan itu semua karena mengharap apa yang ada di sisi-Allah. Mereka meniggalkan yang halal karena takut dengan Hisab. Mereka mempergaulinya dengan badan-badan (lahiriyah) mereka, tetapi mereka tidak menyibukkan diri dengan suatu apapun darinya. Para Nabi dan para Malaikat takjub dengan ketaatan mereka kepada Allah. Kebahagiaan bagi mereka, kebahagiaan bagi mereka, aku sangat ingin agar Allah menghimpunkan aku bersama mereka ”
Kemudian Rasulullah Saw. menangis karena rindu kepada mereka.
Lalu beliau Saw. berkata, “Jika Allah hendak mengazab penghuni bumi, lalu memandang mereka, maka Dia berpaling dan tidak jadi menurunkan azab. Hendaklah engkau, wahai Abu Hurairah, mengikuti jalan mereka. Barang siapa berpaling dari jalan mereka, maka ia akan kelelahan dalam kerasnya
Hisab”

Umati... Umati... Umati...!!!! Itulah perkataan terakhir beliau.

Shalawat dan salam untuk junjungan kita, sirajan muniraa al najmi al hawaa Muhammad Rasulullah.
Semoga kita termasuk hamba-hamba Allah yang dirindukan Beliau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar