Rabu, 13 Juli 2011

Andai Waktu Memangilku

Ya Rabbi beri kami
Cahaya penerang digelapnya hati
Jauh sudah langkah kaki
Lewati jutaan detik tak kembali
Ilahi ampuni kami
Dosa-dosa mewarnai diri
Hati lupa kadang terlena
Mimpi dunia menggoda sang jiwa
Andai waktu memanggilku
Berharap tersenyum di akhir masaku
Maafkanlah ampuni diriku
Hati ‘kan memohon di
kemahaan-Mu
Tangan ini hati ini
Hari-hari berlalu ‘kan jadi saksi-Mu
Dan tak bisa ku sembunyi
Suka duka nestapa tiada hati bisa berdusta

"Garis ini adalah
pengharapan dan garis yang ini
adalah batas kematian manusia.
Maka disaat ia seperti demikian
itu, tiba-tiba datanglah
kepadanya garis yang lebih dekat".
(HR: Bukhari)

Angan-angan itu sangat panjang sehingga seringkali tak berubah menjadi tindakan bahkan hingga ruh tak lagi menyemayami raga.
Apa yang terfikirkan saat ini benar-benar hanya angan yang mengambil porsi lebih dibandingkan tindakan..
Selalu berangan menjadi lebih baik, menjadi lebih baik, dan menjadi lebih baik.
Namun tindakan yang terukir sungguh sangat tak menjamin.

Waktu tanpa bisa kita cegah akan terus bergulir.
Tersadarkah kapan saat itu akan tiba??
Tidak..
Semua telah disusun dengan rapi oleh-Nya.
Jadwal-jadwal itu telah terpahat tanpa bisa dihapus.
Itulah rahasia-Nya.

Kita datang tidak
diminta, kita pulang tidak diduga.
Bila sanggup hidup, mesti
sanggup mati. Bila sanggup
datang, mesti sanggup pulang.
Kita hanya menghabisi bilah-bilah hari yang telah ditentukan.
Tujuan ke sini untuk diuji, tiba
masanya pasti kembali.
Yaa..saat perpisahan itu pasti tiba.

Kembali waktu memainkan perannya.
Adakah hal ini terfikirkan sebelumnya..?
Tak terpungkiri terkadang hanya bisa mengutuki diri untuk suatu keterlambatan.
Padahal kalimat bijak menguraikan bahwa tak ada kata terlambat untuk hal yang baik.
Yaa..tetap ada sesal untuk banyak hal yang tak terlakukan di waktu yang lalu.

Banyak hal yang masih harus d pelajari, dipahami, dilakukan.
Selalu berharap waktu masih berpihak hingga ketika masanya mulut tak lagi berbicara, mata tak lagi melihat, telinga tak mendengar, tangan tak lagi menyentuh, dan kaki tak lagi melangkah, semua bekal bisa terkumpul dengan baik.

Rabbana..
Tangan kami..
Kaki kami..
Mulut kami..
Mata hati kami..
Luruskanlah..
Kukuhkanlah..
Di jalan cahaya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar