Sebuah ayunan tua yang terbuat dari besi terdengar
berderik, yang menandakan ada seorang bocah sedang mengayunkan tubuhnya. Mata sipitnya
awas mengitari seluruh permainan yang berada di halaman taman kanak-kanak
tersebut. Sudah setengah jam yang lalu kakinya tak lelah berusaha menarik dan
mendorong tubuhnya agar ayunan itu terus bergerak. Mulutnya terus melantunkan
bait-bait yang diajarkan oleh sang guru. Beberapa temannya masih terlihat
sedang berlari saling melemparkan pasir. Bocah itu sedang menanti jemputan
kedua menggunakan mini bus yang disediakan oleh taman kanak-kanak tersebut
untuk mengantar dan menjemput para bocah yang bersekolah di sana.
“Tia, kamu gak pulang sayang??” Tiba-tiba
sebuah suara mengagetkannya.
“aaa...” Bocah itu terperanjat,
namun langsung tersenyum ketika mengetahui suara itu berasal dari gurunya.
“Tia, lagi tungguin Pak Ableh, Bu.”
Jawab Tia manis.
“Kamu jemputan kedua, ya?”
“Iya, bu”
“Perlu Ibu temanin, sayang?”
“hmm..gak papa, Bu. Tia berani
kok sendiri aja”
“Baiklah..” Sang guru langsung
bergegas entah menuju ke mana.
Bocah yang bernama Tia itu
kembali asyik dengan kegiatannya. Ia masih melantunkan bait-bait itu sembari
mengayunkan tubuhnya. Namun matanya kini sudah tak memperhatikan halaman.
Gerakan ayunan pun melambat dan beberapa menit kemudian berhenti. Tia menatap
pijakannya, dan mulai menggurat pasir yang ada disitu dengan kaki kecilnya. Setiap
satu kata yang berhasil ditulisnya dengan baik Tia akan tersenyum sambil
bertepuk tangan kemudian ia menghapusnya dan menuliskan kata lain, begitu
seterusnya. Hingga tak disadarinya titik-titik air mulai jatuh membasahi pasir
itu. Tia menghentikan kesibukannya dan melihat ke sekitar, sudah tak tampak
lagi teman-temannya yang berlarian, perhatiannya langsung tertuju pada sebuah
mini bus yang berada di luar yang perlahan beranjak meninggalkan taman kanak-kanak
itu. Tia tersentak dan langsung berlari namun sebuah batu besar malah membuatnya
terjatuh. Darah segar mengucur dari pelipisnya. Tak ada rintihan yang keluar
dari bibirnya. Tia hanya menatap nanar mini bus yang sudah tak tampak lagi
wujudnya.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar