18.15 (lalu): Cahaya itu perlahan turun pergi ke bagian lain, belumlah seutuhnya hilang di bagian ini hanya saja gunung telah menyembunyikan bagaimana caranya ia pergi ke bagian lain.
18.15 (lalu): Rekahan merahnya mulai
menggoda, membayangkan jika itu gulali maka bocah-bocah pasti akan kegirangan
(tidak terkecuali saya)..
18.15 (lalu): Formasi apik bulu-bulu
terbang berwarna putih mulai tampak, sepertinya sang kepala regu sudah piawai
sekali mengomandoi pasukannya, hingga tak ada sedikitpun dari mereka yang
melenceng dari barisan yang membentuk segitiga tanpa dasar itu.
Berdecak kah..?? Ah, bukan
lagi... Seandainya ada alat yang bisa mendeteksi tiap isyarat gerakan organ
maka bisa dipastikan jantung ini seperti berloncatan dengan irama yang tak
beraturan, hati mulai mensejajarkan diri untuk mengamit lambung mengajaknya
untuk berdansa, bukankah petang itu romantis.. ;)
18.15 (lalu): Memikirkan bagaimana caranya
agar tidak ter(meng)goda makanan-makanan itu lagi.. hmm.. bisa tidak yaa penjualnya
dimutasikan saja..ahh sepertinya terlalu beresiko.. (mantapkan hati, itu yang
paling benar “HAMASAH”)
18.15 (lalu): Membayangkan setengah
panci lagi bubur yang belum (harus) dihabiskan, udah 3 hari belum ada
tanda-tanda akan habis, mesti berkali-kali di panaskan.. (bunda.. satu panci itu biasanya untuk lima orang,
bukan satu orang *menatap takjub)
18.15 (lalu): Mulai merasakan lapar..
kurma lagi..kurma lagi.. Cuma itu yang bisa diajak berteman, yang lainnya, maaf
beberapa hari ini konfirmasi pertemanannya agak sulit diterima.
18.15 (lalu): Pulang dengan senyuman,
sembari menerka-nerka pesan apa yang akan dikirimkannya
(kan romantis :p).
18.15 (lalu): Berbisik lirih... "Allah,
Cinta-Mu indah..." (malu) :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar